Rabu, 11 Januari 2017

UAS TELAAH KURIKULUM IPA SMP

Nama : Firdha Aulia             
NIM   : 11140161000010
Pendidikan Biologi 5 A

Meningkatkan Kesadaran akan Pentingnya Literasi Sains bagi Siswa sebagai Generasi Penerus Bangsa

Pentingnya literasi sains nampaknya sudah dianggap serius oleh negara tetangga Indonesia, yaitu Singapura. Singapura berhasil menempati peringkat teratas dalam survei pendidikan di 72 negara pada tahun 2015 lalu dengan skor 556. Secara rata-rata, satu dari empat siswa di Singapura mencatat skor tertinggi di bidang sains. Survei itu digelar oleh Program Penilaian Siswa Internasional (PISA) yang hasilnya diumumkan oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). PISA itu sendiri merupakan studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala kemampuan peserta didik yang berusia 15 tahun dalam bidang membaca, matematika, dan sains.

Bagaimana tentang skor PISA Indonesia ?
Dalam keikutsertaannya, nilai literasi sains siswa Indonesia mengalami peningkatan. Berdasarkan analisis hasil PISA, peringkat dan capaian nilai PISA Indonesia meningkat enam peringkat dari peringkat 71 pada tahun 2012 menjadi 64 pada tahun 2015. Peningkatan capaian Indonesia tahun 2015 ini cukup memberikan optimisme bagi para praktisi pendidikan, meskipun masih terbilang rendah dibanding rerata OECD. Rata-rata skor literasi sains siswa Indonesia dari 382 poin pada tahun 2012 menjadi 403 poin di tahun 2015, padahal rata-rata skor OECD untuk literasi sains adalah 493 poin di tahun 2015 (OECD,2016). Hasil survei ini membuktikan bahwa tingkat literasi sains siswa Indonesia masih belum memuaskan.
Upaya mengembangkan literasi sains siswa Indonesia
Secara harfiah, literasi berarti “melek”, sedangkan sains berarti pengetahuan alam. PISA mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan mengambil kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahannya akibat aktivitas manusia (OECD, 1999). Penekanan literasi sains bukan hanya pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep dan proses sains, tetapi juga dilihat dari  bagaimana seseorang dapat membuat keputusan dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial, budaya, dan pertumbuhan ekonomi.
Pemaparan tentang literasi sains ini menunjukkan bahwa literasi sains diperlukan sebagai penopang keberlangsungan hidup manusia. Sehingga sudah selayaknya kita sebagai salah satu praktisi pendidikan yaitu guru, mewujudkan literasi sains menjadi tujuan utama pendidikan sains di Indonesia saat ini. Awal mula perkembangan literasi sains di Indonesia baru dimulai pada tahun 1993. Pada saat terwujudnya kurikulum 1994, kurikulum tersebut belum berorientasi untuk pengembangan literasi sains dan hanya menekankan pada penguasaan materi. Pengembangan literasi sains mulai di aplikasikan pada kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan lebih terlihat jelas pada kurikulum 2013.
Secara konseptual, kurikulum 2013 tidak berbeda dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu berbasis kompetensi. Dalam standar kompetensi lulusan kelompok mata pelajaran IPA pada kurikulum 2006 dinyatakan bahwa sains atau IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Kurikulum merupakan dokumen rencana pembelajaran dan memberikan acuan apa yang akan diajarkan kepada siswa. Kurikulum tanpa adanya pembelajaran hanyalah sebuah rencana. Oleh sebab itu, apapun rencana dan tujuan yang ada dalam kurikulum harus diimplementasikan dalam pembelajaran. Pembelajaran merupakan hal penting dalam meningkatkan literasi sains siswa. Melalui pembelajaran yang berorientasi dalam mengembangkan literasi sains, kita sebagai pendidik dapat membekali siswa dengan apa yang diperlukan siswa untuk keberlangsungan hidupnya.
Salah satu faktor penyebab rendahnya literasi sains siswa adalah proses pembelajaran yang belum memfasilitasi literasi sains siswa. Solusi yang dipandang mampu mengatasi permasalahan tersebut dan dipandang mampu meningkatkan kemampuan literasi sains siswa adalah dengan diterapkannya pembelajaran berbasis inkuiri (penemuan) dalam proses pembelajaran. Berarti, kita sebagai pendidik memiliki peranan yang sangat penting dalam hal ini.
Kegiatan inkuiri dimulai dengan kegiatan bertanya terkait permasalahan yang diajukan, menyusun hipotesis, melakukan pengumpulan data, pengolahan, mengambil kesimpulan serta mengkomunikasikannya. Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan mampu mengidentifikasi masalah, mengambil kesimpulan berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data, serta mampu membuat keputusan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Hal tersebut sejalan dengan tujuan literasi sains, yaitu mampu menggunakan pengetahuan, mengidentifikasi pertanyaan, membuat kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dan mengambil keputusan berkenaan dengan alam dan perubahannya.
Adanya peningkatan literasi sains siswa melalui pembelajaran berbasis inkuiri pada pembelajaran IPA dikarenakan siswa dilatih sesuai dengan tuntutan yang ada dalam literasi sains untuk merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menarik kesimpulan, serta mengaplikasikan kesimpulan baru terhadap situasi baru. Sehingga pembelajaran berbasis inkuiri yang dilakukan dapat memfasilitasi siswa untuk melatihkan dan meningkatkan literasi sains siswa.
Pentingnya literasi sains bagi siswa
Pada abad 21 ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memberikan perubahan signifikan salah satunya bagi kita, para praktisi pendidikan.  Guru, bukan lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang dapat diakses oleh siswa. Munculnya media lain sebagai sumber ilmu pengetahuan dan pusat pendidikan merupakan dampak positif dari perkembangan IPTEK. Perkembangan IPTEK di lingkungan kita ini juga menimbulkan dampak negatif selain dampak positif, seperti permasalahan etika, moral, dan isu-isu global. Beberapa contoh nyata dampak negatif tersebut adalah krisis energi, pencemaran, perang saudara maupun kerusakan lingkungan hidup.
Siswa sebagai generasi penerus bangsa perlu dilibatkan untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut. Oleh karena itu, siswa perlu dibekali kemampuan untuk peduli dan tanggap terhadap isu-isu yang berkembang dalam masyarakat, berpikir kritis dan kreatif untuk merencanakan pemecahan masalah, dan memungkinkan nya membuat suatu keputusan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dan mengaplikasikan nya bagi kebutuhan masyarakat luas. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila siswa memiliki literasi sains. Dengan demikian, peningkatan literasi sains siswa Indonesia ini menjadi sangat penting, sebagai upaya dalam membantu siswa untuk menghadapi tantangan atau permasalahan pada masa yang akan datang sebagai generasi penerus bangsa. Kesadaran akan pentingnya literasi sains siswa ini dapat diwujudkan dari literasi sains menjadi tujuan utama pendidikan di Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar